Page 64 - bnbb_301_r
P. 64
JENDELA LITERASI GENERASI BANGSA
Radermacher sangat menyetujui gagasan ini, tetapi karena beberapa
pertimbangan, maka ia mengusulkan agar didirikan sebagai lembaga
tersendiri, bukan merupakan cabang dari lembaga di Belanda. Pada
tanggal 24 April 1778, Lembaga Seni dan Ilmu Pengetahuan Bataviaasch
Genootschap van Kunstenen Wetenschappen (BGKW) secara resmi
didirikan di Batavia dengan semboyan “Ten Nutte van het Algemeen”
79
(Demi Kemanfaatan Umum) .
Setelah Perancis berhasil menguasai Kerajaan Belanda pada tahun
1795, tiga tahun kemudian atau pada tahun 1798, VOC pun dibubarkan.
Dengan demikian, secara otomatis seluruh aset VOC menjadi milik
pemerintah Kerajaan Belanda, termasuk Bataviaasch Genootschap van
Kunstenen Wetenschappen (BGKW). Indonesia yang pada masa itu masih
merupakan koloni Belanda, secara otomatis berganti menjadi koloni
Perancis, dan ketika Inggris mengalahkan Perancis pada tahun 1811,
Indonesia pun menjadi koloni Inggris.
Sejak Belanda kembali menguasai Nusantara pada tahun 1821,
direksi BGKW mulai aktif kembali. BGKW mulai kembali berkembang
secara signifikan berkat inisiatif Dr. W. R. van Hoevell (anggota BGKW
yang kemudian menjabat ketua direksi selama dua periode; 1839-1842,
1842-1848) yang pada masa itu memfokuskan perhatiannya untuk
penelitian di bidang sejarah, arkeologi, bahasa dan adat-istiadat suku-
suku bangsa Indonesia. Khusus untuk penelitian-penelitian kategori
ilmu alam dilakukan terpisah dalam sebuah perkumpulan baru bernama
“Natuurkundige Vereeniging in NederlandschIndie” yang dibentuk pada
tahun 1850 oleh Dr. P. Bleeker . Kebijakan ini dilakukan sejalan dengan
80
pemberlakuan kebijakan Cultuurstelsel (Tanam Paksa), dimana banyak
didirikan perkebunan dan balai penelitian yang secara tidak langsung
mendorong berdirinya beberapa perpustakaan yang memiliki koleksi
khusus di bidang ilmu alam, pertanian tropis, geodesi, meteorologi dan
pertambangan. Pada tahun 1923, Ratu Wilhelmina memberikan hak
kepada Bataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenshappen untuk
memperpanjang namanya dengan gelar kehormatan ‘Koninklijk’, sehingga
nama lengkapnya menjadi Koninklijk bataviaasch Genootschap Van
Kunstenen Wetenschappen atau disingkat menjadi KBG yang kemudian
digunakan sebagai kode inventaris arsip lembaga ini. 81
79 Erkelens, Jaap, dkk., “Inventaris Arsip Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunstenen Wetenschappen (KBG)
(1778-1962)”, ANRI, Jakarta, 1945, hal.2-3.
80 Ibid, hal.5.
81 Fransiska,Maya, “ Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Peran dan Kiprah”, Perpustakaan Nasional, Jakarta,
2015, hal.25.
50