Page 36 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 36
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
kuat. Sang anak kemudian sembuh. Padahal, menurut Bung Karno, air yang diberikan
18 19
adalah air ledeng biasa yang diambil dari dapur.
Selain itu, Bung Karno bercerita bahwa pada saat berkunjung ke sebuah desa
kecil di Jawa Tengah, seorang perempuan desa yang sedang hamil melarang pelayan
membereskan piring bekas makannya. Makanan apa pun yang tersisa akan dimakannya.
Si perempuan berharap kelak anaknya akan menjadi seseorang seperti Bung Karno.
Pun demikian bagi masyarakat Bali. Mereka menganggap Bung Karno merupakan
penjelmaan Dewa Wisnu, Dewa Hujan dalam agama Hindu. Keyakinan ini berdasarkan
pengamatan karena setiap Bung Karno datang ke Istana Tampak Siring, selalu disertai
hujan, meskipun itu dalam musim kemarau .
4
Tentang kekuatan supranatural Bung Karno juga disampaikan kakek dan neneknya
di Tulung Agung. Bung Karno kecil pernah ikut dengan kakek-neneknya dan mereka
percaya bahwa Bung Karno memiliki kekuatan gaib. Jika ada orang desa sakit atau
mendapatkan luka, nenek akan memanggil Bung Karno kecil dan memintanya untuk
menjilat bagian yang sakit atau luka. Cukup aneh karena ternyata itu menyembuhkan.
Namun, seiring berjalannya waktu, ketika Bung Karno menginjak usia 17 tahun dan
mulai menemukan bakat sebagai ahli pidato, kekuatan gaib itu tidak dirasakan lagi. 5
Bung Karno mengetahui bahwa oleh sebagian rakyat ia disanjung-sanjung. Namun,
semuanya tidak terlepas dari kecintaan mereka terhadap sang pemimpin. Sebaliknya,
Bung Karno juga merasa bergantung dari rakyat: “apabila aku telah mencapai sesuatu
selama di atas dunia, ini adalah karena rakyatku. Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-
apa” (Adam, 2014:xi). Karena hal demikian, Bung Karno memiliki kedekatan dengan
masyarakat biasa sejak belum menjadi presiden. Ketika menjalani kehidupan kecil di
Mojokerto, Bung Karno kecil selalu diliputi kasih sayang yang penuh dari sang ibu yang
bernama Idayu. Selain itu, pada masa itu, di rumah Bung Karno juga terdapat seorang
perempuan yang membantu keluarga tersebut. Perempuan itu adalah Sarinah. Dalam
bekerja, Sarinah tidak seperti definisi pelayan di negara Barat. Menurut Bung Karno,
interaksi antara Sarinah dengan keluarganya adalah hubungan yang berdasarkan atas
asas gotong royong---kerja sama, saling menolong. Gotong royong sudah mengakar
karena pada awalnya membayar upah pekerjaan dalam sebuah keluarga tidak dikenal.
Jika ada pekerjaan berat yang harus diselesaikan, setiap orang pasti akan membantu.
Itulah gotong royong di Indonesia. 6
Sarinah inilah yang kemudian menjadi salah satu spirit perjuangan Bung Karno
yang tidak lekang oleh zaman . Dalam kisahnya, Sarinah memang merupakan bagian dari
7
kehidupan keluarga Bung Karno kecil. Sarinah tinggal bersama mereka dan memakan
makanan yang menjadi menu keluarga Idayu dan Raden Sukemi Sosrodihardjo. Sarinah
4 Hal ini sebagaimana dituliskan kembali oleh Cindy Adams, dalam Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia, hlm. 4-5.
5 Ibid. hlm 33.
6 Ibid, hlm 30.
7 Selain itu, sebenarnya terdapat petani Marhein yang juga sampai sekarang sangat mengakar dan
menjadi salah satu ideologi satu partai politik di Indonesia dan oleh penulis menjadi renungan untuk
konsep berdikari di akhir artikel ini.