Page 396 - Science and Technology For Society 5.0
P. 396
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 359
program harus mempertimbangkan umur petani, mengidentifikasi
kesesuaian lahan dan kebijakan cetak sawah.
Konversi lahan kelapa sawit ke padi sawah yang terjadi di Kabupaten
Mukomuko didorong oleh berbagai faktor, salah satunya adalah mekanisasi
pertanian. Masyarakat terdorong untuk berkonversi ke lahan pangan karena
tersedianya teknologi yang mempermudah mendukung efisiensi usaha tani
padi sawah. Teknologi tersebut diantaranya adalah traktor, transplanter,
combine harvester dan thresher. Hal tersebut menggambarkan petani
secara terbuka menerima perkembangan teknologi. Adopsi teknologi
dilakukan guna efisiensi, mengurangi kesenjangan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dapat menjadi dasar kesiapan petani
dalam menerapkan sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia
yang berbasis teknologi (Masyarakat 5.0). Kedepannya petani harus lebih
siap dengan kemajuan teknologi seiring dengan perkembangan zaman,
misalnya dalam memantau usaha tani menggunakan sensor, drone, atau
CCTV.
KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang mendorong konversi lahan dari kelapa sawit ke padi
sawah di Kabupaten Mukomuko adalah ketersediaan air yang baik yakni
sumber air irigasi Majunto, pendapatan usaha tani padi, umur tanaman
kelapa sawit, fluktuasi harga tandan buah segar (TBS), kebijakan
pemerintah tentang program cetak sawah, dan persepsi positif
masyarakat terhadap usaha tani padi sawah serta mekanisasi pertanian.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan kelapa sawit ke padi
sawah di Kabupaten Mukomuko adalah umur petani, jenis lahan dan
kebijakan pemerintah terkait cetak sawah berpengaruh secara
signifikan dikarenakan ketiga faktor tersebut menjadi pertimbangan
dalam penentu pengambilan keputusan petani dalam melakukan
konversi lahan.
3. Tersedianya teknologi sebagai pendorong masyarakat melakukan
konversi lahan kelapa sawit ke padi sawah, menggambarkan petani
dapat mengambil keputusan dan secara terbuka menerima
perkembangan teknologi. Kondisi ini menjadi dasar kesiapan petani
menghadapi konsep masyarakat 5.0, yaitu dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk kesejahteraan manusia.