Page 384 - Science and Technology For Society 5.0
P. 384

~ Science and Technology for Society 5.0 ~  347


                   Irigasi Air Manjunto juga mengalir di beberapa desa yakni Lubuk Angit
               sepanjang 600 m, Desa Air Payang I sepanjang 350 m, Sungai Besar 600 m,
               Selagan  Kecil  275  m,  dan  Sungai  Enau  150  m.  Kondisi  irigasi    terpantau
               sangat  baik  karena  dikelola  secara  berkelanjutan  baik  dari  pemerintah
               daerah  maupun  pemerintah  pusat  (Kementerian  Pekerjaan  Umum  dan
               Perumahan  Rakyat).  Keberadaan  irigasi  sangatlah  penting  untuk
               mendukung ketersediaan pangan baik di daerah maupun secara nasional.
               Inilah  yang  menyebabkan  irigasi  Air  Manjunto  menjadi  salah  satu  faktor
               pendorong terjadinya konversi lahan perkebunan ke lahan sawah. Hal ini
               didukung  oleh  penelitian  yang  dilakukan  Suprianto  et  al.  (2019)  yang
               menyebutkan  ketersediaan  air  merupakan  faktor  pendorong  terjadinya
               konversi  lahan.  Terjadinya  konversi  lahan  sawah  menjadi  non  pertanian
               dikarenakan kondisi debit air irigasi tidak dapat mencukupi kebutuhan lahan
               sawah  bagian  hilir.  Hal  ini  memunculkan  dorongan  di  masyarakat  untuk
               beralih fungsi ke lahan non pertanian.
                   Dari  hasil  wawancara  didapatkan  informasi  bahwa  para  petani  yang
               telah melakukan konversi lahan ke padi sawah aktif merawat dan secara
               berkala  bergotong  royong  untuk  membersihkan  aliran  air  irigasi  Air
               Manjunto. Para petani memahami pentingnya ketersediaan sumber air bagi
               sawah mereka. Gotong royong yang digalakkan oleh gapoktan (gabungan
               kelompok  tani)  tersebut  rutin  dilakukan  sesaat  sebelum  musim  tanam
               serentak dengan harapan agar air irigasi terawat dan debit air dapat terus
               mencukupi kebutuhan air lahan sawah.

               b.  Pendapatan Usaha Tani Padi
                   Dari hasil observasi dan pengolahan data primer terhadap pendapatan
               usaha tani padi sawah dan usaha tani kelapa sawit, diperoleh perbandingan
               pendapatan  usaha  tani  padi  sawah  dan  kelapa  sawit  di  Kabupaten
               Mukomuko  Provinsi  Bengkulu.  Usaha  tani  padi  sawah  menghasilkan
               pendapatan  lebih  besar  yakni  sebesar  Rp.36.151.207  per  usaha  tani  per
               hektar per tahun. Sedangkan rata-rata pendapatan usaha tani kelapa sawit
               menghasilkan sebesar pendapatan Rp.28.308.303 per usaha tani per hektar
               per  tahun  (Rasoki  et  al.,  2020).  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa
               pendapatan  yang  didapatkan  oleh  usaha  tani  padi  sawah  lebih  besar
               daripada pendapatan yang didapatkan usaha tani kelapa sawit. Petani juga
               beranggapan hasil produksi padi sawah masih dapat disimpan apabila harga
               tidak stabil, bisa diolah dahulu menjadi beras agar memperoleh harga jual
   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389