Page 336 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 336
berkaitan dengan estimasi kerusakan yang nyata (berwujud) dan
langsung.
Estimasi kerusakan akibat banjir yang berwujud langsung adalah
proses yang kompleks, melibatkan sejumlah besar faktor-faktor
hidrologi dan sosial ekonomi. Struktur, input dan output dari model
kerusakan spesifik dijelaskan tidak hanya oleh data yang tersedia,
tetapi juga oleh sifat-sifat model. Sebagai contoh, sementara
perusahaan asuransi membuat model perkiraan kerusakan yang
diasuransikan, instansi pemerintah dan akademisi lebih tertarik pada
penilaian yang akurat dari total besarnya kerugian ekonomis. Semua
model kerusakan yang dibangun didefinisikan berdasarkan tingkat
generalisasi, tetapi dengan tingkat signifikansi di antara model yang
bervariasi.
Hampir dalam semua model, faktor penentu ekspektasi kerusakan
yang digunakan saat ini adalah kedalaman banjir, tapi kadang-kadang
dilengkapi dengan parameter lain seperti kecepatan arus air, durasi,
pencemaran air, pencegahan dan peringatan dini (Messner et al.,
2007). Saat ini telah dikembangkan beberapa model multi-parameter
baru yang konseptual (Nicholas et al., 2001) atau dikembangkan (dan
divalidasi) untuk daerah yang spesifik, misalnya untuk Jepang (Zhai et
al., 2005) atau FLEMO untuk Jerman (Kreibich et al., 2010).
Namun, metode untuk estimasi kerusakan banjir yang paling
umum dan diterima secara internasional masih menggunakan metode
yang menerapkan fungsi-fungsi kedalaman-kerusakan (Smith & Ward.,
1988; Kelman & Spence, 2004; Meyer & Messner, 2005; Merz et al.,
2010; Green et al., 2011). Fungsi-fungsi kedalaman-kerusakan
tersebut menggambarkan hubungan antara kedalaman banjir dan
kerusakan moneter yang terjadi. Fungsi kedalaman banjir diketahui
memberikan ekspektasi kerugian terhadap properti yang spesifik atau
terhadap jenis penggunaan lahan, baik dalam persentase nilai aset
(fungsi relatif) atau langsung dalam syarat-syarat finansial (fungsi
absolut).
Terdapat tingkat ketidakpastian yang signifikan yang digambarkan
dalam bentuk kurva kerusakan, nilai aset dan kerangka metodologi
(Merz et al., 2004). Perbedaan dalam kerangka metodologi pada
model-model kerusakan banjir, misalnya dalam skala spasial
320 Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City