Page 231 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 231

Tenggara  (64%).  Sedangkan  di  wilayah  regional  Indonesia  Timur
               seperti Sulawesi dan Papua relatif lebih kecil, yaitu 51% (Wendyartaka,
               2016).
                   Terkait penentuan status air sungai tercemar atau tidak, terdapat
               tujuh parameter yang digunakan untuk menghitung indeks kualitas air
               yang  dianggap  mewakili  kondisi  riil  kualitas  air  sungai.  Tujuh
               parameter tersebut meliputi: 1) Total Suspended Solid (TSS) adalah
               residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
               partikel maksimal 2,0 µm, yang konsentrasinya dapat digunakan untuk
               indikator  tingkat  sedimentasi.  2)  Dissolved  Oxygen  (DO)  untuk
               mengukur  banyaknya  oksigen  yang  terkandung  dalam  air,  yang
               diindikasikan memiliki tingkat pencemaran tinggi jika air memiliki DO
               rendah. 3) Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah
               oksigen  yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
               senyawa organik pada kondisi aerobik. 4) Chemical Oxygen Demand
               (COD) digunakan untuk pengukuran jumlah senyawa organik dalam air
               yang setara dengan kebutuhan jumlah oksigen untuk mengoksidasi
               senyawa organik secara kimiawi. 5) Total Phosfat (T-P) menunjukkan
               keberadaan senyawa organik seperti protein, urea, dan hasil proses
               penguraian. 6) Fecal Coli menunjukkan keberadaan mikroorganisme
               yang umumnya terdapat pada limbah domestik dalam jumlah banyak
               seperti coliform, fecal coli, dan salmonella, dan 7) Total Coli sebagai
               indikator  adanya  pencemaran  yang  disebabkan  oleh  tinja manusia
               (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
                   Banyak  faktor  yang menjadi penyebab pencemaran air, namun
               limbah domestik atau rumah tangga seperti kotoran manusia, limbah
               cucian piring dan baju, kotoran hewan, dan pupuk dari perkebunan
               dan  peternakan  teridentifikasi  sebagai  sumber  utama  pencemaran
               (Whitten, Soeriaatmadja, & Afiff, 1999; Wendyartaka, 2016). Limbah
               rumah tangga berupa feses dan urin berperan dalam meningkatkan
               kadar fecal coli atau bakteri E. coli dalam air yang merupakan sumber
               berbagai  penyakit.  Bahkan  dilaporkan  bahwa  di  kota-kota  besar
               seperti Jakarta dan Yogyakarta, kandungan E. coli di sungai maupun air
               sumur  penduduk  melebihi  ambang  batas  normal  (Wendyartaka,
               2016). Di sisi lain, pencemaran oleh limbah industri juga tidak dapat
               diabaikan. Pencemaran ini diperkirakan memberi kontribusi rata-rata

                               Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City    215
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236