Page 184 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 184
pengelolaan optimal berbagai sumberdaya yang diperlukan. Konsep
kota cerdas merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk
membuat perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya
dan siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul.
Tahun 2008 para walikota di Eropa telah menyepakati kebijakan-
kebijakan pembangunan kota berkelanjutan, yaitu mencapai tujuan
20-20-20 (20% reduksi gas buang/emisi, 20% energi terbarukan, dan
20% peningkatan efisiensi energi) pada tahun 2020 (Woinasroschy,
2016).
Kota cerdas digambarkan dengan atribut kecerdasan dalam hal
bangunan, infrastruktur, teknologi, energi, mobilitas, penduduk,
administrasi, dan pendidikan (Albino, Berardi, & Dangelico, 2015).
Atribut-atribut itu secara terintegrasi diterapkan dalam mengelola
sumberdaya, mengendalikan tingkat polusi, dan mengalokasikan
energi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi terutama pada
industri moderen seperti elektronik, teknologi informasi, bio dan
nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan
pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip
Kimia Hijau dapat memainkan peranan penting pada evolusi
berkelanjutan kota cerdas.
Untuk Indonesia, standar kota cerdas sedang dikembangkan, yang
didasarkan pada standar internasional (Prihadi, 2016). Smart City atau
kota cerdas memiliki 6 (enam) indikator yaitu smart governance,
pemerintahan transparan, informatif, dan responsif; smart economy,
menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat
inovasi; smart people, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
fasilitas hidup layak; smart mobility, penyediaan sistem transportasi
dan infrastruktur; smart environment, manajemen sumber daya alam
yang ramah lingkungan; dan smart living, mewujudkan kota sehat dan
layak huni. Menurut Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika (STEI) ITB, Suhono Harso Supangkat, yang juga adalah
inisiator kota cerdas di Indonesia, kota-kota besar di Indonesia sedang
berusaha mencapai standar kota cerdas, yang saat ini baru tercapai
pada level 60 (Prihadi, 2016). Belum sempurnanya kota cerdas di
Indonesia, menurut beliau, karena belum adanya sumber daya
manusia yang mencukupi yang menguasai berbagai teknologi
168 Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City