Page 78 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
P. 78
peningkatan angka partisipasi. Peningkatan angka partisipasi SD
pada gilirannya menuntut sekolah menengah yang scmakin banyak
pula. Siklus ini terus menggelinding pada tingkat pendidikan yang
Jebih tinggi. Upaya untuk memenuhi tuntutan ini mcmbutuhkan
sumbcr dana dan tenaga dalamjumlah yang bcsar dan eepat. Di
dalam kaitan inilah tcknologi komunikasi dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk melaksanakan program tersebut.
Teknologi komunikasi dalam bentuk tclcvisi, radio dan
komunikasi tertulis melalui pos tclah ikut memperluas kesempatan
belajar. Pada tingkat SD, misalnya, kita kenai SD Keeil dan SD
Pamong serta Paket A melalui jalur pendidikan nonfonnal. Pada
tingkat sekolah menengah, pada tahun 1979/80 dibuka 5 buah
SMP Terbuka Perintisan di Lampung Selatan, Cirebon, Tegal,
Jember dan Lombok Barat. Demikian pula tcrdapat program
belajar Pakct B yang setara dengan SMP sedangkan Paket C yang
direncanakan setara dengan SMTA. Pada akhirnya pada tahun
I 984 secara resmi didirikan Universitas Terbuka (UT).
5. Keberhasilan Kuantitas Program INPRES SD
Seperti yang tclah diuraikan, pada akhir PELITA I tclah
dimulai pelaksanaan pcmbangunan SD melalui program INPRES
SD. Tabel 2 menunjukkan perkembangan INPRES SD sampai
akhir PELITA III. Keberhasilan program INPRES SD tclah
menghasilkan antara lain pcngakuan UNESCO mcngcnai Wajib
Belajar 6 tahun yang dieapai Indonesia pada tahun 1984.
Sungguhpun tidak mungkin tercapai Angka Partisipasi Murni
100% namun usaha yang dilaksanakan Indonesia patut dihargai
mengingat keadaan geografis yang sulit. Pengakuan dunia
tcrhadap sukses Indonesia tcrsebut dinyatakan dengan Bintang
Aviciena yang diberikan UNESCO kcpada Prcsiden Republik
Indonesia. Keberhasilan kuantitatif program INPRES SD
mendesak ke atas yaitu tuntutan untuk menyediakan pendidikan
pada tingkat berikutnya. Demikian pula setcrusnya sampai kepada
pendidikan tinggi.
64