Page 163 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
P. 163
PENDIDIKAN TINGGI
(MODUS TUNGGAL, GANDA, DAN KONSORSIUM)
Siti Julaeha & Atwi Suparman
Salah satu masalah utama pendidikan tinggi adalah
pemerataan pcndidikan. Hal ini ditunjukkan dengan terbatasnya
kapasitas perguruan tinggi dalam memberikan kescmpatan kepada
kclompok penduduk yang berusia 19-24 tahun untuk memperoleh
pendidikan. Setiap tahun ajaran baru, hanya sebagian kecil dari
lulusan SLTAyang tcrtampung di pcrguruan tinggi. Tentu saja,
jumlah lulusan SLTA yang tidak tertampung ini akan tcrus
bcrtambah, jika tidak ditangani lebih lanjut. Hal ini terbukti dengan
masih rendahnya angka partisipasi kasar untuk pendidikan tinggi di
Indonesia pada tahun 1995, yaitu kurang lebih 10% (Soehendro,
1996).
Selain itu, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
mcnuntut orang untuk terus belajar. Baik karena tuntutan pekerjaan
maupun untuk perluasan wawasan, orang mencari lembaga
pendidikan yang membcrikan kcscmpatan kepada mercka untuk
melanjutkan studi tanpa harus mcninggalkan tempat kerjanya.
Sistcm pendidikan yang cocok untuk mereka ada1ah sistem
pcndidikan jarak j auh (distance education).
Pcnerapan sistcm PJJ menuntut scbagian bcsar pembelajaran
tidak dilakukan secara tatap muka. Pcmbclajaran berlangsung
melalui pcrantaraan media, baik dalam bcntuk media cetak, audio,
video, siaran radio dan televisi, maupun media berbasis jaringan.
Bahan belajar dirancang sedcmikian rupa sehingga mahasiswa dapat
belajar secara mandiri. Kebiasaan belajar mandiri yang dilandasi
dengan disiplin belajar yang tinggi memungkinkan tumbuhnya
masyarakat belajar (learning society), yaitu masyarakat yang
memiliki budaya bclajar secara terus menerus (Achir, 1997).
Dua ciri penting PJJ adalah pertama, bahwa PJJ dirancang
untuk melayani kebutuhan orang dewasa yang tidak mampu atau
149