Page 284 - Cakrawala Pendidikan
P. 284

Tzsnoumti Tamat


          memer!ukan waktu  beberapa  generasi.  Sementara  itu,  pada  abad
          ke  20  ini,  perubahan  kebudayaan  ber!angsung dengan irama yang
          sangat cepat.  Dengan  demikian  i!mu  pengetahuan  yang  diperoleh
          seseorang  pada  saat  seko!ah,  dalam  waktu  yang  relatif  singkat
          akan menjadi kuno atau kadaluarsa pada usia tigapuluhan.  Dengan
          demikian  rumusan  yang  menyebutkan  bahwa  pendidikan  adalah
          penyebaran  apa  yang  diketahui,  menjadi  tidak  tepat  lagi.
          Pendidikan  seharusnya  dirumuskan  sebagai  suatu  proses
          menimbulkan  keinginan  untuk  bertanya  secara  berkelanjutan
          sepanjang  hayat.  Dengan  demikian,  dalam  belajar,  baik  bagi
          anak-anak  maupun  orang  dewasa,  yang  terpenting  adalah
          bagaimana mempelajari keterampilan untuk dapat mengarahkan
          diri sendiri untuk menemukan sesuatu yang  baru,  atau bagaimana
          mengarahkan  diri  sendiri  untuk  selalu  bertanya  dan  mencari
          jawabannya.
          Disamping  itu,  masalah  lain  yang  dihadapi  oleh  guru  yang
          mengajar orang  dewasa adalah  banyaknya  asumsi tentang  ciri-ciri
          peserta  didik  anak-anak  yang  tidak  cocok  dengan  ciri-ciri  pada
          peserta  didik  orang  dewasa.  Melihat  kenyataan  dilakukan
          penelitian-penelitian  yang  menggunakan  asumsi  yang  berbeda,
          dan sering kali  memperoleh hasil yang  lebih baik.

          Asal Mula Andragogi
          Antara  tahun  1929-1948, jurnal tentang  Pendidikan Orang  Dewasa
          yang  diterbitkan  oleh  American  Association  for  Adult  Education
          memuat  beberapa  karangan  yang  ditulis  oleh  para  guru  yang
          menangani  pendidikan  bagi  orang  dewasa.  Artike!  dalam  jurnal
          tersebut  menggambarkan  berbagai  cara  pelaksanaan  pendidikan
          bagi  orang  dewasa yang  agak menyimpang  dari  model  pedagogik
          yang  dikenal  selama  itu.  Seringkali  mereka  menyalahkan  diri
          sendiri karena telah  melanggar aturan-aturan akademis yang biasa
          dianut,  misalkan  mengganti  kuis  atau  ujian  dengan  wawancara
          yang  dilakukan  dengan  peserta  didiknya.  Rasa  bersalah  ini  timbul
          karena  mereka tidak  memiliki  landasan teori yang  mendukung apa
          yang  dilakukan.  Mereka melakukannya semata-mata  karena  sikap
          pragmatis dan mengikuti intuisi mereka belaka.





          274
   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289