Page 70 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 70

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)  Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


               merdeka, dan merupakan subjek dari suatu pemerintahan pusat tertinggi; mendiami suatu
 52                                                                                           53
               kawasan geografis dengan tapal batas tertentu, selanjutnya ditentukan oleh warisan ras,
               kebiasaan dan adat istiadat budaya, jiwa yang sama serta merasa bersatu. Nasionalisme
               membutuhkan perincian atas konsep negara, bangsa, etnisitas, dan identitas nasional.
               Nasionalisme  dapat  berupa  ideologi,  atau  suatu bentuk  perilaku,  ataupun  keduanya.
               Konsepsi nasionalisme yang dibingkai dalam berbagai dimensi tersebut menjadi modal
               utama negara, terutama dalam menghadapi berbagai macam ancaman dan tantangan
               global.
                     Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2007–2008 merupakan momen
               penting dalam proses globalisasi kontemporer di beberapa tingkatan dan secara empiris
               berdampak terhadap ekonomi dunia baik bagi negara-negara yang berpenghasilan tinggi,
               meskipun risiko tersebut bisa ditangani, namun akan selalu menjadi bagian integral dari
               pengalaman empiris di negara-negara berpenghasilan rendah, dan hal ini selalu menjadi
               tantangan  bagi ketahanan  nasionalisme  warga bangsanya. Sebenarnya kebangkitan
               nasionalisme di negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah, mencapai klimaksnya
               pada tahun 2016 dengan Trump pemilu di AS dan referendum Brexit Inggris. Di kedua
               negara ini, persimpangan sikap dan gerakan nasionalisme bahkan sampai pada anti-
               vaksin yang terlihat jelas dalam konteks pandemi covid-19, yang menghambat upaya
               mereka untuk mencapai “herd imunity”,  meskipun vaksin tersedia (Foster & Feldman,
               2021; Whitehead & Perry, 2020).
                     Pada bulan September  2008, Cina yang ternyata  mampu bertahan terhadap
               dampak yang ditimbulkan oleh krisis itu, melampaui Jepang dan sebagai pemegang
               utang AS terbesar, dan dua tahun kemudian menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
               Pada tahun 2011 defisit perdagangan AS dengan China naik ke level tertinggi sepanjang
               masa.  Dalam  Laporan  Pembangunan  Dunia  tahun  2012,  Bank  Dunia  (2011)  untuk
               pertama kalinya menempatkan China sebagai “negara berpenghasilan menengah-atas”
               padahal pada satu dekade sebelum itu masih negara berpenghasilan rendah. Melihat
               China yang sedang naik daun sebagai pesaing utamanya, dan ancaman bagi hegemoni
               globalnya, kebijakan AS terhadap China juga telah berubah. Ketegangan antara kedua
               negara semakin diperburuk selama era  Trump berkuasa, dicontohkan oleh perang
               dagang mereka sebelum pandemic, dan pertempuran naratif selama pandemi (Jaworsky
               & Qiaoan, 2021; Yang, 2021). Momen terburuk yang terakhir termasuk Trump menyebut
               covid-19  sebagai “virus China”, dan juru bicara pemerintah China mempromosikan
               teori konspirasi bahwa Angkatan Darat AS membawa virus ke Wuhan (Crowley et al.,
               2020).
                     Konstelasi  politik  global  seperti  inilah  yang akhirnya  merubah  dinamisasi
               dan paradigma nasionalisme di negara-negara  dunia lainnya  termasuk  Indonesia.
               Nasionalisme Indonesia yang saat ini masih dipandang ambigu harus diluruskan kembali
               dengan berlandaskan pada norma-norma ideal Pancasila. Dalam istilah Bung Karno,
               Pancasila adalah leidstar (bintang pimpinan) yang dinamis, menggerakkan rakyat untuk
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75