Page 69 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 69
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
berkembang, yang saat ini semuanya pun terbukti. Di sinilah pentingnya politik yang
52 53
berdaulat dilandasi dengan kekuatan dan semangat kebangsaan untuk menjaga dan
mengawal bangsa ini menjadi negara yang benar-benar merdeka, Bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur.
Salah satu pekerjaan rumah terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah lemahnya
karakter dan nasionalisme pada generasi muda. Pengejahwantahan nilai-nilai
instrumental Pancasila belum sepenuhnya berjalan efektif, bahkan pasca reformasi 1998
justru makin jauh panggah dari api. Kita seolah-olah baru tersadarkan akan pentingnya
ideologi Pancasila pada saat merebaknya paham-paham intoleransi yang berujung pada
tindakan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Beberapa data dari hasil lembaga
survey seperti PPIM UIN Jakarta tahun 2018 menunjukkan bahwa 58,5% mahasiswa
berpikiran radikal, dan 46,09% pemikiran radikal intoleran. Alvara Research Center
tahun 2017 melakukan survey terhadap 4200 milenial yang terdiri dari 1800 mahasiswa
dan 2400 pelajar SMA, hasilnya menunjukkan, 18,4% pelajar setuju dengan khilafah
sebagai bentuk ideal sebuah negara, 17,4% mahasiswa menyatakan hal yang sama,
sedangkan 23% menyatakan siap berjihad untuk itu. Selanjutnya survey IDN Research
Institute terhadap 1400 generasi milenial pada rentang usia 20-35 tahun sebanyak
19,5% menyatakan Indonesia lebih ideal menjadi negara khilafah. Wahid Foundation
yang melakukan survey terhadap siswa unggulan ranking 1-10 hasilnya menunjukkan
bahwa 60% siswa siap berperang saat ini jika ada panggilan untuk membela umat islam
yang tertindas.
Pada jaman orde baru dimana Pancasila dimanifestasikan melalui doktrinasi
dan alat politik kekuasaan nampaknya tidak berjalan efektif, hal ini terbukti dengan
merebaknya paham-paham trans-nasional yang mengusung ideologi lain seperti khilafah
justru muncul pada saat orde reformasi. Pertanyaan kritisnya adalah “apakah ideologi
dan nasionalisme bangsa Indonesia telah gagal menahan masuknya paham-paham baru
tersebut?”. Tentunya hal ini menjadi refleksi tersendiri bagi kita semua, apalagi jika
melihat pandangan generasi muda tentang nasionalisme yang mungkin akan berbeda
dengan generasi tua yang mengalami dinamika sejarah di masa penjajahan. Generasi
muda yang lahir di era perkembangan teknologi akan memahami nasionalisme tidak
sekedar nation state seperti generasi pendahulunya, namun mereka bisa lebih general
dalam konteks masyarakat global dimana mereka telah terhubung secara virtual dengan
masyarakat lain di dunia maya. Paradoks nasionalisme akan menjadi permasalahan
tersendiri jika generasi muda tidak diwarisi kesadaran berbangsa dan bernegaranya
dalam bingkai NKRI. Penting sekali menekankan bahwa nasionalisme harus dilakukan
secara sosial, membumi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat
(Fox dan Miller-Idriss 2008). Mengingatkan kembali memori mengenai kebersamaan
di masa kecil dan hubungan sosialnya akan menguatkan kecintaan pada tanah airnya
(Elizabeth, 2021).
Nasionalisme adalah suatu ideologi yang memandang seluruh rakyat yang
menginginkan membangun masa depannya bersama sebagai suatu bangsa. Istilah
bangsa adalah sekelompok besar manusia yang membentuk kesatuan politik yang