Page 193 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 193

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                        sangat bagus untuk diteladani oleh para mahasiswa di zaman sekarang ini. Meskipun
                176                                                                                                                                                                                             177
                        dalam konteks perjuangan yang berbeda, sepatutnya seorang mahasiswa harus mampu
                        mengimbangi antara tanggungjawab akademik dan tanggung jawab sosialnya.
                             Dalam rangka mencapai visi dan misi besar terkait masa depan bangsa Indonesia
                        itu, tidak heran jika kemudian ia harus menerima kenyataan pahit dari konsekuensi
                        perjuangan. Selama di Bandung, Soekarno telah dua kali masuk penjara, pertama di
                        Lapas Banceuy  dan disinilah  ia  menyusun pledoi  yang sangat terkenal  yaitu  pledoi
                        Indonesia Menggugat, kemudian lapas kedua yaitu di Lapas Sukamiskin. Bisa dikatakan,
                        masa-masa di Bandung adalah tahun yang paling pahit sekaligus paling berperan dalam
                        proses pematangan jiwa dan pikiran Soekarno. Betapa tidak, pada saat di Bandung jualah
                        ia menemukan satu konsepsi ideologis yang ia cetuskan dengan sebutan Marhaenisme.
                        Marhaenisme adalah ideologi yang dirumuskan Soekarno dari kenyataan hidup seorang
                        petani yang ia temui di sekitaran Bandung Selatan sekitar 1926-1927 an. Marhaenisme
                        ini jugalah yang menjadi spirit dan alat perjuangan Soekarno dan PNI sebelum dan
                        sesudah Indonesia merdeka tahun 1945.
                             Perjuangan  kemerdekaan  Indonesia  baru membuahkan  hasil  setelah  Soekarno
                        Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak
                        itu, Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia dan menjalani kepemimpinan selama
                        periode 1945 – 1965. Periode kepemimpinan  Soekarno adalah  masa-masa  penuh
                        tantangan dan paling menentukan. Sebagai sebuah negara yang baru merdeka, Indonesia
                        menghadapi  gonjang-ganjing politik baik dari dalam maupun dari luar.  Tantangan
                        dari dalam diantaranya adalah konsolidasi persatuan dan kesatuan yang belum kuat,
                        sementara tantangan dari luar adalah masih adanya upaya-upaya negara penjajah yang
                        ingin merongrong kemerdekaan Indonesia. Berkat kepemimpinan  Soekarno, kita
                        bersyukur Indonesia dapat melewati masa-masa tersebut. Bagi seorang pengamat politik,
                        Soekarno adalah sosok pemimpin yang cerdas dan pandai memainkan peran. Meskipun
                        terdapat kontroversi, namun penulis menganggap gaya kepemimpinan Soekarno sudah
                        sangat tepat  untuk konteks zamannya.  Sebagai  negara  yang baru berdiri,  kemudian
                        kondisi geografis yang sangat  luas serta masyarakat yang multietnik tentu saja sangat
                        rentan pada perpecahan. Berangkat dari kondisi demikian, maka gaya kepemimpinan
                        yang efektif adalah yang kharismatik – agar disegani oleh masyarakatnya, kuat – agar
                        ditakuti oleh musuh, dan sentralistis – agar menghindari perpecahan dan upaya makar.
                        Soekarno memainkan  peran-peran tersebut  dengan baik sampai  Indonesia berhasil
                        menjadi  negara yang berdaulat  dalam  bingkai  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia
                        (NKRI).
                             Sosok hebat  bukan berarti  tanpa  kontroversi. Di akhir hayatnya,  Soekarno
                        menjelma menjadi sosok yang sangat kontroversial dan menuai banyak pro dan kontra.
                        Eskalasi politik dalam dan luar negeri lambat laun menginginkan agar ia disingkirkan.
                        Akhir hidup Soekarno menyedihkan. Jadi tahanan rumah, setelah meninggal  tidak
                        dimakamkan sesuai wasiatnya (Isnaeni, 2015). Namun meskipun demikian, Soekarno
                        tetap selalu ada di hati sanubari masyarakat Indonesia dan menjadi panutan bagi segenap
                        anak bangsa.
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198