Page 165 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 165

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                        dasar negara. Pancasila juga sebagai kristalisasi sistem dan tata nilai  yang kebenarannya
                148                                                                                                                                                                                             149
                        diakui,  serta sebagai  pandangan  hidup yang menjadi  pedoman sehari hari  dengan
                        demikiam implementasi nilai-nilai Pancasila yang termaktub dalam setiap sila semestinya
                        menjadi acuan bersama bangsa Indonesia. Namun, dewasa ini implementasi Pancasila
                        hanya menjadi teori di sekolah, kampus, atau lembaga pendidikan lainnya. Pancasila
                        sebatas menjadi slogan, hafalan dan belum tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal
                        ini terindikasi dari semakin menipisnya kesadaran penghayatan tata kehidupan yang
                        didasarkan pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kelima sila Pancasila. Besaran
                        nilai kebangsaan yang bersumber dari implementasi nilai-nilai Pancasila dapat diukur
                        melalui  survei yang mengumpulkan  data  terkait  sikap positif  terhadap  pengamalan
                        nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, BPS melakukan Survei Nilai Kebangsaan (SNK) pada
                        tahun 2015 dengan mengumpulkan data terkait nilai dan semangat Pancasila yang masih
                        melekat dalam diri masyarakat Indonesia sehari-hari. Dari hasil survei tersebut dapat
                        diketahui bahwa dari 100 orang Indonesia 18 orang tidak tahu judul lagu kebangsaan
                        Indonesia dan 53% diantaranya tidak menghafal lirik lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
                        selain itu 24 orang tidak mengahafal sila Pancasila. Hal ini menggambarkan bahwa
                        nilai-nilai  kebangsaan  dan  ketahanan  ideologi  di  Indonesia  mengalami  penurunan
                        kualitas. Melihat fenomena yang terjadi maka perlu tindakan preventif secara nyata
                        untuk menekan penurunan nilai nasionalisme yang terjadi dikalangan generasi muda
                        saat ini.
                             Secara etimologi asal kata Nasionalisme berasal dari kata latin natio yang berarti
                        kelahiran dan suku. Dalam perkembangannya kemudian dikembangkan menjadi nation
                        (bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda) yang artinya adalah bangsa. Makna Nasionalisme
                        secara  politis  merupakan  manifestasi  kesadaran  kolektif  nasional  yang  mengandung
                        cita-cita  dan  pandering  bagi  suatu  bangsa,  baik  untuk  merebut  kemerdekaan  atau
                        mengenyahkan  penjajahan  maupun  sebagai  pendorong  untuk  membangun  dirinya
                        maupun  lingkungan  masyarakat,  bangsa  dan  negaranya.  Kita  sebagai  warga  negara
                        Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia(Gobel,
                        2018;  Nugraha,  2016). Kebanggaan  dan  kecintaan  kita  terhadap  bangsa  dan  negara
                        tidak boleh memiliki  semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme), tetapi
                        kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama
                        dengan bangsa-bangsa lain.
                             Salah satu diantara dua belas tokoh pahlawan nasional yang berpengaruh dalam
                        sejarah Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada
                        tanggal 6 Juni 1901. Ketika lahir orang tuanya memberi nama Koesna Sosrodiharjo.
                        Namun karena sering sakit-sakitan, ayahnya mengganti Namanya menjadi Soekarno.
                        Ayahnya Bernama Raden Soekerni Sosrodiharjo, seorang guru Sekolah Dasar Pribumi
                        di Singaraja, Bali. Ibunya Bernama Ida Ayu Nyoman Rai, keturunan bangsawan Bali.
                        Ketika  kecil  Soekarno  tinggal  bersama  sang kakek,  Raden Hardjokromo  di  Tulung
                        Agung, Jawa Timur. Masa kecilnya dihabiskan bersama sang kakek dengan bersekolah
                        pertama kali di Tulung Agung.
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170