Page 377 - Science and Technology For Society 5.0
P. 377
340 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
Namun dalam beberapa tahun terakhir banyak terjadi peralihan lahan
yang awal mulanya perkebunan kelapa sawit beralih menjadi lahan padi
sawah. Pada tahun 2019 kurang lebih sekitar 370 ha lahan di Mukomuko
dialihfungsikan menjadi lahan sawah baru (Usman, 2019). Alih fungsi yang
mulanya lahan kelapa sawit dan rawa di daerah tersebut selain ditujukan
untuk meningkatkan produksi tanaman pangan yaitu beras, juga merupakan
salah satu dampak dari menurunnya harga buah kelapa sawit di Bengkulu
dalam beberapa tahun belakang. Masyarakat tidak memiliki semangat lagi
untuk melakukan pengembangan di bidang kelapa sawit lagi, karena harga
kelapa sawit yang menurun sangat drastis. Biaya operasional yang
dikeluarkan oleh para petani kelapa sawit tidak dapat tertutupi oleh hasil
penjualan kelapa sawit, terutama harga pupuk yang melonjak tajam dan
terjadi pembengkakan biaya operasional (Usman, 2019). Dinas Pertanian
Kabupaten Mukomuko juga menambahkan bahwa luas lahan perkebunan
kelapa sawit terutama yang berada di daerah irigasi Air Manjunto berkurang
seluas lebih kurang 3.000 ha. Mulanya 100.000 ha pada 2018 dan menjadi
97.000 ha pada tahun 2019.
Adanya konversi lahan menjadi penting karena dapat meningkatkan
hasil produksi bahan pangan yakni beras sebagai sumber makanan pokok
bagi penduduk Indonesia. Hal tersebut menjadi fenomena yang sangat
menarik untuk diteliti. Di Indonesia sedang marak lahan pangan ke lahan
perkebunan atau sektor non pertanian, sebaliknya di Kecamatan Lubuk
Pinang, Kecamatan V Koto, Kecamatan XIV Koto dan Kecamatan Air
Manjunto Kabupaten Mukomuko para petani kelapa sawit
mengkonversikan lahannya ke padi sawah. Masyarakat yang sebelumnya
menganggap bahwa usaha tani kelapa sawit lebih memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi ketimbang tanaman pangan khususnya padi sawah, kini
mulai mempertimbangkan nilai ekonomi tanaman pangan khususnya padi.
Ayu dan Made (2015) mengungkapkan ada faktor-faktor yang dapat
menstimulasi terjadinya konversi lahan yakni, rendahnya pendapatan usaha
tani, pemilik lahan bekerja disektor lain, harga jual lahan, kegiatan adat,
mengikuti perilaku masyarakat sekitar, lemahnya kelembagaan dan
lemahnya implementasi pertanian. Suprianto et al. (2019) mengungkapkan
faktor-faktor yang mendorong konversi lahan terbagi atas tiga faktor yakni
teknis, ekonomi dan sosial. Faktor teknis terdiri dari kondisi dan kualitas
sumber air, jenis lahan, kualitas kesuburan, indeks pertanaman (IP), kondisi
iklim dan cuaca, serta produktivitas. Faktor ekonomi dibagi atas skala usaha