Page 290 - Science and Technology For Society 5.0
P. 290
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 253
Adanya introgresi memerlukan pemantauan secara terus menerus.
Pada saat ini memang keanekaragaman paus biru cukup tinggi dan tidak ada
efek bottleneck. Namun sampai sekarang populasi paus biru belum kembali
ke jumlah populasi awal. Rendahnya populasi paus biru yang diikuti
hibridisasi dengan spesies lain akan mengganggu keberadaan paus biru
sebagai satu spesies (Josey et al., 2021).
Adanya fertilitas individu hibrida dapat meningkatkan adanya introgresi
antara paus biru dan paus sirip. Walaupun menurut Pampoulie et al. (2020)
bahwa tingkat hibridisasi adalah 2%, dan terjadinya hibridisasi diamati sejak
abad 19 (Jefferson et al., 2021; Pampoulie et al., 2020) peluang terjadinya
dapat lebih besar lagi mengingat rendahnya populasi paus biru dibanding
paus sirip pada saat ini. Kemungkinan meningkatnya frekuensi hibridisasi
yang menghasilkan keturunan fertile ini semakin meningkatkan masuknya
gen paus sirip ke populasi paus biru. Dapat diduga bahwa tingkat introgresi
akan meningkat dari tingkat introgresi 3,5% selama ini (Jossey et al., 2021).
Perlu juga diadakan pengamatan atas kemungkinan adanya hibridisasi
paus biru dengan paus sirip berikut kemungkinan fertilitas anaknya.
Perlunya pengamatan ini karena penelitian mengenai adanya F1 yang fertile
lebih banyak dilakukan pada populasi di Atlantik Utara (Jossey et al., 2021;
Pampoulie et al., 2020, Spilliaert et al., 1991) dan di Pasifik (Jefferson et al.,
2021). Perlu ada studi lanjutan dengan sampel yang lebih banyak pada paus
biru di berbagai lokasi di seluruh dunia. Studi ini juga perlu mengamati
adanya introgresi di masa lalu. Dengan demikian dapat diketahui tingkat
heterozigositas dan dapat menjawab pertanyaan tentang aliran gen dari
berbagai populasi di dunia untuk perencanaan konservasi (Jossey et al.,
2021). Mengingat paus biru tidak bermigrasi melintasi khatulistiwa sehingga
tidak terjadi percampuran gen antara populasi di utara khatulistiwa (baik di
laut Pasifik maupun di laut Atlantik) dengan di selatan khatulistiwa, maka
ada kemungkinan bahwa hibridisasi di selatan khatulistiwa memiliki ciri yang
berbeda.
Perlu adanya pengamatan terhadap aspek ekologis hibrida paus
biru/paus sirip. Adanya hibrida yang fertile dan adanya introgresi sejak
waktu lama menunjukkan kemungkinan keunggulan adaptasi suatu hibrida
(Hartl, 2020; Pierce, 2020). Pampoulie et al. (2020) menyatakan bahwa
adanya sifat fertile pada hibrida paus biru/paus sirip sehingga dapat kawin
dengan salah satu populasi leluhurnya adalah pada situasi lingkungan
tertentu. Seperti diketahui, salah satu ancaman bagi paus biru adalah