Page 289 - Science and Technology For Society 5.0
P. 289
252 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
Tingginya heterogenitas genetik paus biru ini juga sejalan dengan penelitian
Torres-Florez et al. (2014) di Chile dan Atlantik (Árnason et al., 2018).
Walaupun populasi paus biru sudah berkurang sebanyak 96% dari total
populasi awal, keanekaragaman genetik tetap tinggi.
Introgresi dengan paus sirip sangat besar pengaruhnya pada paus biru,
karena paus sirip memiliki populasi yang lebih besar, yaitu lebih dari 80.000
ekor. Introgresi dapat mengancam keberadaan paus biru sebagai suatu
spesies (Pampoulie et al., 2020). Penelitian tersebut menekankan pada
keberadaan hibrid antara paus biru dan paus sirip yang bersifat fertil.
Menurut Pampoulie et al. (2020), hibrid antara paus biru dan paus sirip
bersifat unidireksional, yaitu paus biru betina berpasangan dengan paus
sirip jantan. Hal ini dibuktikan dari data bahwa tujuh dari delapan peristiwa
hibrid tersebut melibatkan paus biru betina dengan paus sirip jantan.
Peristiwa hibridisasi yang bersifat searah terjadi ketika betina dari spesies
yang lebih langka kawin dengan jantan dari spesies yang lebih melimpah
jumlahnya. Persilangan ini dapat merugikan keberadaan paus biru sebagai
satu spesies karena anak yang dihasilkannya tidak dapat melanjutkan
keturunannya lagi.
6. Dampak Hibridisasi dan Introgresi terhadap Konservasi Paus Biru
Adanya introgresi dan hibridisasi mengancam pemulihan populasi paus
biru. Menurut Pampoulie et al. (2020) populasi paus biru adalah 25 kali lebih
rendah dari populasi paus sirip. Karena itu, hibridisasi lebih mengancam
keberadaan paus biru yang jumlahnya lebih sedikit. kemampuan hibrida
paus biru/paus sirip untuk melakukan perkembangbiakan dapat
mempengaruhi keutuhan paus biru sebagai satu spesies. Pada umumnya,
hibrida bersifat infertile yang merupakan salah satu bentuk isolasi
reproduksi untuk menjaga keutuhan suatu spesies dengan terhalangnya
perkawinan dengan individu dari spesies lain. Perkawinan dengan spesies
lain akan menghasilkan keturunan yang lemah dan kemampuan
berkembang biaknya yang juga rendah (Hartl, 2020; Pierce, 2020). Bagi paus
biru yang jumlah populasinya tinggal 3 % dari populasi asal, jumlah anak
yang hanya satu ekor setiap melahirkan, dan waktu generasi yang panjang,
hibridisasi akan merusak daya hidup dan daya berkembang biak individu
yang dilahirkannya (Pampoulie et al., 2020). Dengan demikian, adanya
hibridisasi ini merupakan ancaman bagi keberadaan paus biru.