Page 288 - Science and Technology For Society 5.0
P. 288
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 251
perkembangbiakan paus biru, adanya hibrid ini juga menghabiskan waktu
perkembangbiakan induk paus biru. Mereka memperkirakan bahwa
perbedaan hasil itu disebabkan karena penggunaan genom yang digunakan
sebagai acuan. Penelitian tersebut menggunakan genom paus bungkuk.
Secara genetik, paus biru terdiri atas beberapa populasi yang berbeda,
namun masih memungkinkan adanya pertukaran materi genetik. Hal ini
menunjukkan bahwa isolasi reproduksi pada binatang ini tidak begitu ketat.
Tulisan Attard et al. (2012) menunjukkan bahwa paus biru di Australia dan
Indonesia adalah satu kesatuan populasi secara genetik. Tulisan Barlow et
al. (2018) menunjukkan bahwa populasi paus biru di New Zealand juga
merupakan satu populasi secara genetik. Namun tulisan Árnason et al.
(2018) menunjukkan bahwa walaupun paus biru merupakan satu spesies
tersendiri, telah terjadi introgresi gen antara beberapa spesies paus balin.
Hal itu juga ditunjang oleh penemuan adanya hibrida yang fertil antara paus
biru dengan paus sirip pada penelitian Spilliaert et al. (1991).
Jossey et al. (2021) meneliti pengaruh perburuan paus biru terhadap
diversitas genetik paus biru di Atlantik Utara. Ada 25 sampel yang
digunakan. Penelitian ini bermaksud membandingkan sampel jaman
sekarang dan sampel dari DNA tulang paus biru yang berasal dari tahun
1970. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan genom paus biru
dengan paus bungkuk, paus sei, dan paus sirip. Penelitian ini menunjukkan
bahwa paus biru di Atlantik Utara memiliki keanekaragaman genetik yang
tinggi. Hal ini berarti bahwa paus biru di Atlantik Utara merupakan suatu
populasi panmictic, yaitu populasi yang seluruh anggotanya dapat kawin
satu sama lain.
Penelitian Jossey et al. (2021) menemukan adanya introgresi antara
paus sirip dan paus biru pada sampel yang didapat pada masa sekarang.
Diduga bahwa berkurangnya populasi paus biru membuat paus biru mencari
pasangan berupa paus sirip. Menurut hasil penelitian Jossey et al. (2021),
seluruh sampel paus biru dari Atlantik Utara menunjukkan adanya introgresi
yang signifikan dengan paus sirip. Masuknya gen dari paus sirip adalah
sebesar 3,5% dari gen paus biru. DNA dari tulang paus biru di tahun 1900-an
juga menunjukkan adanya introgresi. Tidak terjadi introgresi antara paus
biru dengan paus bungkuk.
Data menunjukkan bahwa genom paus biru di Atlantik Utara tidak
terlalu jauh berbeda dengan genom paus biru di Atlantik Selatan dan Pasifik,
walaupun paus biru tidak melewati khatulistiwa untuk bisa kawin silang.