Page 249 - Science and Technology For Society 5.0
P. 249
212 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
radiasi ion dan mikrogravitasi di angkasa luar mempengaruhi tidak hanya
manusia dan mikroorganisme, tapi juga stabilitas berbagai jenis obat yang
digunakan. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan manusia, yaitu astronot
yang melakukan perjalanan di kendaraan angkasa luar. Penerbangan
angkasa luar dapat mengalami penurunan kompetensi kekebalan imun
tubuh di antara kru dan kemungkinan dapat menyebabkan perubahan yang
merusak komposisi flora bakteri pada saluran cerna, hidung, dan
pernapasan dari tubuh Astronot, yang menyebabkan peningkatan risiko
infeksi pada diri Astronot (Taylor, 2015). Kondisi ini dapat berdampak pada
Astronot yang mengalami stress karena permasalahan manusia yang rentan
terkena infeksi mikroba patogen dalam penerbangan angkasa luar,
permasalahan diet tinggi zat besi yang dijalankan oleh para Astronot, serta
permasalahan posisi Astronot yang berada dalam ruang tertutup selama
misi penerbangan angkasa luar (Siddiqui, Akbar, & Khan, 2021).
Manfaat mempelajari mikroorganisme di angkasa luar diantaranya
berupa produksi metabolit sekunder. Selain itu kita dapat mempelajari batas
atas biosfer dan kemungkinan transportasi mikroorganisme antarplanet.
Berdasarkan penelitian Horneck, Klaus, & Mancinelli (2010) yang dilakukan
dalam eksperimen simulasi ruang dan laboratorium, menghasilkan respon
mikroorganisme (virus, sel bakteri, spora bakteri dan jamur, dan lumut
kerak) cenderung dapat tumbuh dan berkembang biak di lingkungan
penerbangan angkasa luar terhadap faktor ruang tertentu seperti keadaan
mikrogravitasi, radiasi kosmik galaksi, radiasi UV matahari, dan ruang hampa
udara. Pada penelitian ini ditemukan bahwa radiasi UV matahari
ekstraterestrial adalah faktor ruang yang paling merusak. Di antara semua
organisme yang diuji, hanya lumut (Rhizocarpon geographicum dan
Xanthoria elegans) yang mempertahankan viabilitas penuh setelah 2
minggu di angkasa luar. Menggunakan filter optik dan spora Bacillus subtilis
sebagai dosimeter UV biologis, ditemukan bahwa lapisan ozon saat ini
mengurangi efektivitas biologis UV matahari hingga 3 kali lipat. Jika
terlindung dari sinar UV matahari, spora B. subtilis mampu bertahan di
angkasa luar hingga 6 tahun, terutama jika tertanam dalam tanah liat atau
bubuk meteorit (meteorit buatan). Data mendukung kemungkinan transfer
antarplanet mikroorganisme dalam meteorit, yang disebut hipotesis
lithopanspermia (Horneck et al., 2010).