Page 248 - Science and Technology For Society 5.0
P. 248
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 211
untuk pertama kalinya pada ISS dengan menggunakan berbagai metode.
Informasi ini dapat mengarah pada strategi mitigasi untuk menjaga
kesehatan astronot dalam waktu lama, selama durasi misi ruang angkasa
dan ketika tidak dapat kembali ke Bumi untuk perawatan (Urbaniak et al.,
2018).
Hasil penelitian tersebut juga didukung hasil penelitian Sielaff et al.
(2019) yang mengungkapkan beragam populasi bakteri dan jamur pada
permukaan lingkungan ISS berubah dari waktu ke waktu tetapi tetap serupa
di antara lokasi. Organisme dominan terkait dengan mikrobioma manusia
dan mungkin termasuk patogen oportunistik. Studi ini memberikan katalog
komprehensif pertama dari bakteri dan jamur total dan utuh/layak yang
ditemukan pada permukaan dalam sistem ruang tertutup dan dapat
digunakan untuk membantu mengembangkan langkah-langkah keamanan
yang memenuhi persyaratan NASA untuk tempat tinggal manusia di angkasa
luar. Adapun populasi bakteri dan jamur yang dapat dibudidayakan berkisar
2
antara 104 hingga 109 CFU/m tergantung pada lokasi dan terdiri dari
berbagai filum bakteri (Actinobacteria, Firmicutes, dan Proteobacteria) dan
jamur (Ascomycota dan Basidiomycota). Hasil sekuensing amplikon
mendeteksi lebih banyak filum bakteri jika dibandingkan jamur dengan
analisis berbasis kultur. Perubahan jumlah bakteri dan jamur (dengan kultur
dan qPCR) diamati dari waktu ke waktu tetapi tidak di seluruh lokasi.
Komposisi komunitas bakteri berubah dari waktu ke waktu, tetapi tidak di
seluruh lokasi, sementara komunitas jamur tetap sama antara pengambilan
sampel dan lokasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komposisi
dan kekayaan komunitas setelah perlakuan sampel propidium monoazide,
menunjukkan bahwa DNA yang dianalisis diekstraksi dari organisme yang
utuh/layak. Selain itu, sekitar 46% bakteri utuh/layak dan 40% jamur
utuh/layak dapat dibiakkan.
Stasiun Angkasa Luar Internasional (International Space Station/ISS)
telah bertindak sebagai observatorium mikroba selama 10 tahun terakhir,
meneliti adaptasi dan kemampuan bertahan hidup mikroorganisme yang
terpapar kondisi ruang angkasa. Adaptasi ini dapat menguntungkan atau
merugikan anggota kru dan pesawat ruang angkasa. Oleh karena itu,
menjadi penting untuk mengidentifikasi dampak dari dua kondisi stres
utama, yaitu mikrogravitasi dan radiasi ion (Bijlani, Stephens, Singh,
Venkateswaran, & Wang, 2021; Moreno-Villanueva, Wong, Lu, Zhang, &
Wu, 2017). Simon, Smarandache, Lancu, & Pascu (2021) menyatakan bahwa