Page 177 - Science and Technology For Society 5.0
P. 177
140 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
biru, hijau dan campuran dari tiga warna tersebut. Ketika mata menerima
cahaya yang terpantul suatu alas, reseptor warna tersebut memberikan
signal ke otak memberikan sensasi yang beragam. Menurut Commission
Internationale de l’Eclairage’s (CIE), komisi international dalam penerangan,
ketiga reseptor ini disebut dengan tristimulus values yang diwakili dengan
symbol X (merah), Y (hijau) dan Z (biru). Sensasi-sensasi yang dialami saat
mata menangkap cahaya adalah kecerahan (Lightness), putih-gelap
(brightness), hue, chroma dan saturasi (Pathare, Opara, & Al-Said, 2013).
Untuk menganalisa warna, berbagai sensasi yang dialami manusia harus
dapat dikuantifikasi dan mempunyai suatu standar. Color space merupakan
representasi warna dan kombinasinya dalam bentuk angka. Metode inilah
yang dapat menspesifikasi warna dan menunjukannya secara visual. Dalam
kolorimetri, penghitungan kuantitatif warna ini adalah dengan
menggunakan model seperti RGB, XYZ, CIE L*a*b* dan CIE L*c*h (Gilchrist
& Nobbs, 2017). Mereka merupakan contoh beberapa sistem color space
yang popular digunakan dalam analisa warna.
RGB merupakan singkatan dari ketiga warna primer, red (merah), green
(hijau) dan blue (biru). RGB merupakan salah satu color space yang pertama
dirumuskan. Pada tahun 1931, CIE menciptakan color space tersebut
bernama CIE RGB (Smith & Guild, 1931). Dari eksperimennya, Smith dan
Guild (1931) memetakan warna dan mengklasifikasinya ke dalam sebuah
diagram Yxy. Contoh diagram dapat dilihat di Gambar 7. Namun RGB
memiliki kelemahan berupa ketergantungan terhadap parameter dan alat
yang digunakan (device-dependent) maka CIE XYZ yang merupakan derivasi
dari CIE RGB dengan memfaktorkan pencahayaan (luminescence).
Perubahan ini juga menghilangkan ketergantungan pada alat (device-
independent).