Page 12 - Universitas Terbuka : Mencapai Visi Melalui Good Corporate Governance
P. 12

lmp/ementasi Coad Governance dan  TQM di  Universitas  Terbuka



                            Reinventing government  kemudian  banyak  dijadikan  standar  nilai,  norma,
                            dan filosofi dalam melakukan reformasi  birokrasi di berbagai  negara.

                            Semakin  mengglobalnya  ekonomi,  tuntutan  terhadap  good  governance
                            semakin  tinggi,  tidak  hanya  pada  sektor  publik  namun  juga  pada  sektor
                            privat.  Good governance  juga  banyak  dikaitkan  dengan  indikator ekonomi
                            makro  seperti:i  tingkat  tabungan  yang  tinggi,  inflasi  yang  rendah,
                            pendapatan  yang  lebih  merata,  kebijakan  yang  bersifat  terbuka  dan
                            berorientasi  pasar,  investasi  yang  tinggi  di  bidang  pendidikan,  dan  defisit
                            neraca berjalan dan  neraca pembayaran yang tidak terlalu besar.
                            Tuntutan  internasional  terhadap  kinerja  pemerintah  yang  baik  semakin
                            tinggi.  Pemerintah  dan  perusahaan-perusahaan  yang  modalnya  dimiliki
                            oleh  publik semakin  menaruh  perhatian  terhadap  kinerja pemerintah.  Arus
                            modal  dan  kinerja  perusahaan  amat  berkaitan  dengan  tingkat  stabilitas
                            sosial,  ekonomi,  dan  politik  suatu  negara.   Lebih  lanjut  Jusuf  Wanandi
                            (1998)  menyatakan  bahwa  good  governance  berkaitan  juga  dengan
                            demokrasi.  Dalam  kasus  di  Asia,  pemerintah  mengabaikan  prinsip-prinsip
                            good governance  yaitu  dengan  tingginya  campur tangan  pemerintah  yang
                            berakibat  pada  lemahnya  pengawasan  publik,  pemberian  hak  monopoli
                            dan  oligopolistic  kepada  para  konglomerat,  meningkatkan  korupsi,  kolusi,
                            dan  nepotisme.  Akibatnya  adalah  munculnya  ekonomi  berbiaya  tinggi,
                            turunnya  produktivitas,  dan  daya  saing.  Contoh  nyata  kasus  ini  adalah
                            kasus-kasus  yang  terjadi  di  Korea  Selatan,  Indonesia,  India,  Pakistan,
                             Phillipina, dan Thailand.
                            Hongkong  dan  Singapura  adalah  suatu  kekecualian.  Singapura  dan
                             Hongkong  adalah  negara  kota  dengan  tingkat  homogenitas  nilai-nilai
                             masyarakat  yang  tinggi.  Kedua  negara  tersebut  mampu  mencapai  tingkat
                             kemakmuran yang tinggi dan  kinerja pemerintahan yang efektif dan  efisien,
                             namun  kedua  negara  tersebut  bukanlah  negara  demokrasi  yang  sempurna
                             dalam  artian  terdapat  pemilu  berkala,  adanya  peluang  pergantian
                             pemerintahan, dan pemerintahan yang dikontrol oleh publik.
                             Krisis  ekonomi  yang  melanda  Asia  mulai  tahun  1997  telah  menyadarkan
                             banyak  pihak  bahwa  pembangunan  ekonomi  saja  tidak  cukup  untuk
                             membangun  bangsa,  namun  perlu  pembangunan  pada  bidang  politik dan
                             manajemen  publik.  Secara  makro,  pembangunan  ekonomi didasarkan pada
                             filosofi  mengejar pertumbuhan,  namun  pertumbuhan akan  memakan  aspek
                             keadilan  dan  pemerataan.  Pertumbuhan  ekonomi  akan  memunculkan




                                                                                             3
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17