Page 20 - Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi Yang Beretika dan Demokratis
P. 20

4
                                Bagian I: Politik, Kebijakan Publik danKetimpangan Digital

                           ini juga digunakan untuk membedakan antara individu yang kaya terhadap
                           informasi (information rich) dan individu yang miskin informasi (information
                           poor) atau tidak memiliki kemampuan untuk mengakses teknologi informasi
                           dan komunikasi (Bagchi, 2005; Chinn & Fairlie, 2007). Ketimpangan digital
                           tidak bisa dianalisis dalam sebuah “ruang hampa” tanpa mengaitkan dengan
                           situasi dan kondisi dalam masyarakat. Sebagaimana Manuel Castells (2006)
                           mengatakan  bahwa  untuk  memahami  kondisi‐kondisi  baru  yang  muncul
                           sebagai akibat penetrasi teknologi digital kita harus memahami kelompok‐
                           kelompok  strategis  yang  berkuasa  dan  relasi‐relasi  kuasa  yang  terbentuk
                           dalam suatu masyarakat.
                               Oleh karena itu, tulisan ini berupaya menjelaskan ketimpangan digital
                           dalam  perspektif  sosiologi  dimana  ketimpangan  digital  harus  dikaitkan
                           dengan konteks sosial, politik, kultural, dan ekonomi suatu masyarakat.

                           Teori Normalisasi dan Difusi (Normalization and Diffusion Theories)
                               Penggunaan  dan  masa  depan  internet  di  masyarakat  telah
                           memunculkan perdebatan di kalangan pakar ilmuwan sosial dan teknologi
                           informasi  dan  komunikasi.  Setidaknya  ada  dua  teori  utama  yang  dapat
                           menjelaskan  masa  depan  pemanfaatan  internet  dan  ketimpangan  digital
                           dalam masyarakat, yakni teori normalisasi dan teori difusi.
                               Teori  Normalisasi.  Teori  normalisasi  dapat  dikatakan  sebagai  teori
                           berperspektif  optimis  (cyber  optimists)  di  mana  teori  ini  memprediksi
                           internet  selalu  berdampak  positif  dan  dibutuhkan  bagi  kehidupan
                           masyarakat. Tokoh utama yang mewakili teori normalisasi adalah Resnick D
                           (1998).  Menurut  Resnick  (1998),  perbedaan  tingkat  antara  pemilik  akses
                           internet dan yang tidak memiliki akses akan semakin menurun, setidaknya
                           dalam  masyarakat  pos  industri.  Ekspektasi  ini  didasarkan  pada  fenomena
                           semakin  luasnya  pemanfaatan  internet,  baik  sebagai  pusat  layanan  publik
                           atau  komersial.  Semakin  populernya  internet  sebagai  media  interaksi  dan
                           bisnis akan memunculkan pasar terbuka (open market) yang pada gilirannya
                           mengatasi  masalah  ketimpangan  digital  tanpa  perlu  meminta  bantuan
                           kepada  pemerintah.  Pasar  terbuka  ini  akan  meningkatkan  kompetisi  dan
                           akan  menurunkan  biaya‐biaya  layanan  internet  dan  alat‐alat  komputer.
                           Dengan begitu, di bawah perspektif “normalisasi”, penyebaran internet akan
                           semakin meningkat di masing‐masing negara sampai dengan 90 – 95% dari
                           seluruh populasi pengguna internet.
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25