Page 300 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 300
RESIKO PENGGUNAAN SEL PUNCA
Kubin et al., (2010) menyebutkan bahwa dalam jangka panjang,
dedifirensiasi sel cardiomyocite akan menyebabkan terjadinya
hipertofi. Hipertrofi ini nantinya akan berlanjut menjadi kegagalan
jantung.
Adanya diferensiasi sel punca yang menyimpang juga dapat
membahayakan pasien. Srivasta & Ivey (2006) menyatakan pentingnya
penelitian lanjutan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan diferensiasi. Terbentuknya sel baru yang bukan
merupakan sel myocardiocite, dapat membahayakan keselamatan
pasien yang menjalani terapi ini.
Penggunaan teknologi smart system yang menunjang penggunaan
sel punca dalam mengobati gangguan jantung
Walls (2010) menjelaskan bahwa penggunaan teknologi dapat
membantu penerapan sel punca dalam bidang kesehatan. Adanya
teknologi yang tergolong dalam smart system dapat membantu dalam
membuat keputusan. Contohnya adalah alat diagnostik yang bersifat
ex-vivo dan in-vivo. Hal ini penting, mengingat penelitian sel punca
pada pengobatan penyakit jantung banyak menggunakan data yang
didapat baik secara in-vivo maupun ex-vivo. Pendapat Walls dapat
diterapkan dengan penggunaan peralatan smart system, seperti IBNT
yang dilakukan oleh Akyildiz et. al (2015) pada Gambar 3.
Penggunaan sel punca juga merupakan bagian dari sistem
pengobatan secara integratif yang dimaksudkan oleh Walls (2001)
mengenai smart system. Sebagai contoh, pengobatan dengan sel
punca perlu memperhitungkan resiko penolakan secara imunitas
(Konoplyannikov et al., 2016). Selain itu, penggunaan sel punca dapat
dihambat oleh reaksi penolakan dari sistem kekebalan tubuh. Karena
itu, Srivasta & Ivey (2006) menyarankan adanya penelitian untuk
memasukkan material genetik dari sel pasien ke dalam sel punca yang
bukan bersifat autolog, atau bukan dari tubuh pasien itu sendiri.
Dengan demikian, reaksi penolakan terhadap sel punca akan
dikurangi.
284 Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City