Page 208 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 208

BAHAN DAN METODOLOGI

            Makalah ini ditulis berdasarkan desk study (studi literatur) untuk
        mengembangkan  baseline  awal  tentang  ketahanan  (resilience)  air
        perkotaan dari berbagai tekanan sosio-ekologis untuk menuju water
        smart city dalam menunjang program smart city. Sebagian besar data
        dan informasi yang digunakan dalam artikel ini berasal dari sumber
        data sekunder, seperti: ulasan literatur, jurnal, data statistik, laporan
        proyek, laporan tahunan institusi, dan lain-lain.

        KEDUDUKAN WATER SMART CITY DALAM SMART CITY

            Di  Indonesia,  sumber daya air melimpah tetapi tidak merata di
        seluruh  nusantara.  Hal ini disebabkan oleh adanya iklim Munsoon.
        Iklim  Munsoon  dapat  menyebabkan  banjir  di  musim  hujan  dan
        kekurangan air di musim kemarau. Di samping itu, perubahan iklim
        cenderung meningkatkan tekanan pada sumber daya air melalui pola
        curah  hujan  yang  berubah-ubah  dan  peristiwa  cuaca  ekstrim,
        ditambah  lagi  dengan  kapasitas  penyimpanan  air  yang  rendah,
        sehingga  mengakibatkan  ketersediaan air tanah berkurang. Kondisi
        seperti ini disebabkan oleh degradasi lahan daerah aliran sungai (DAS)
        serta kondisi infrastruktur sumber daya air (irigasi dan air bersih) yang
        buruk  merupakan  penyebab  ketahanan  air  (water  resilience)  di
        Indonesia  sangat  rendah  (63%).  Selain  itu,  diakibatkan  juga  oleh
        kualitas air akibat limbah domestik, pembuangan limbah padat, dan
        limbah industri yang tidak diolah dan langsung dibuang ke perairan
        juga  berpengaruh  besar  terhadap  water  resilience,  karena  water
        resilience disamping kuantitas air juga kualitasnya.
            Paradigma  masa  lalu  dalam kaitannya dengan sumber daya air
        perencanaan  kota  dirancang  untuk  mengalirkan  air  hujan  dan  air
        limbah secepatnya ke luar kota agar kota terhindar dari banjir. Namun
        pada kenyataannya untuk memperoleh sumber air bersih diperoleh
        dari air sungai dan air tanah yang didapatkan dari luar kota. Paradigma
        tersebut sejak tahun 2000an berubah seiring dengan urbanisasi yang
        cukup  tinggi  ±  1.6%  (untuk  Indonesia),  dan  perubahan  iklim  yang
        mengakibatkan  pola  hujan  berubah-ubah  yaitu  hujan  dengan


     192  Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213