Page 100 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 100

penetapan  rencana  yang jelas akan menyebabkan gambut menjadi
        kering dan mudah terbakar (Las, Nugroho, dan Hidayat, 2016).
            Pengembangan lahan gambut untuk pertanian berarti menjadikan
        lahan gambut sebagai lahan produktif yang dapat menghasilkan atau
        memproduksi  bahan  pangan  padi,  palawija,  sayuran,  hortikultura,
        perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit atau sejenisnya. Pada bagian
        lain  lahan  gambut  mempunyai  beberapa  masalah  dalam
        pemanfaatannya  untuk  pertanian  yaitu:  ketebalan/kedalaman
        gambut; sifat kering tidak dapat balik (irreversible drying); kemasaman
        tanah  yang  tinggi  (pH  rendah);  rendahnya  tingkat  kesuburan,  dan
        pengaturan  tata  air.  Masalah  lahan  gambut  dapat  diatasi  dengan
        mengikuti  berbagai strategi yaitu penyiapan lahan, pengelolaan air,
        pemilihan  komoditas,  dan pengaturan pola tanam, yang mengikuti
        karakteristik  lahan  gambut  (Yuliani,  2013,  Pangaribuan,  2015).
        Pengembangan  lahan  gambut menjadi penting, termasuk memadu
        serasikan antara kepentingan ekologis dan sosial-ekonomi masyarakat
        yang berdampak positif, dan berkontribusi secara global.

        PENUTUP

            Lahan gambut merupakan lahan masa depan yang potensial, bila
        dikelola dengan tepat. Oleh karenanya diperlukan kesamaan persepsi
        antara petani dan pengambil kebijakan dalam melakukan penataan
        dan pemanfaatan lahan gambut. Pada 2016 Pemerintah membentuk
        Badan Restorasi Gambut (BRG) melalui Peraturan Presiden Nomor 1
        Tahun  2016  tentang  Badan  Restorasi  Gambut.  Pembentukan  BRG
        dalam  rangka  percepatan  pemulihan  kawasan  dan  pengembalian
        fungsi  hidrologis  lahan  gambut  akibat  kebakaran  secara  khusus,
        sistematis,  terarah,  terpadu,  dan  menyeluruh  (restorasi  ekosistem
        gambut)  (Ishlah,  2016).  Saat  ini  BRG  memprioritaskan  Kabupaten
        Pulang  Pisau-Kalimantan  Tengah,  Kabupaten  Musi  Banyuasin,
        Kabupaten  Ogan  Komering  Ilir-Sumatera  Selatan,  dan  Kabupaten
        Kepulauan  Meranti-Riau.  Dukungan  pemerintah  dan  masyarakat
        secara  bersama-sama diharapkan membawa dampak positif, untuk
        menahan perubahan iklim dan menunjang perekonomian masyarakat
        setempat (Gambut Indonesia Luas dan Mudah Terbakar, 2016).


      84  Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105