Page 13 - Peran Matematika, Sains, dan Teknologi Dalam Mendukung Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) Yang Berkualitas
P. 13

2    Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas


        Perubahan  lokasi  tinggal  dari  desa  ke  kota  mengakibatkan  adanya
        perbedaan gaya hidup yang khas. Menurut Ageev & Ageeva (2015),  urban
        lifestyle adalah sekumpulan bentuk kehidupan individu atau kelompok yang
        berlangsung  di  kota.  Beberapa  ciri  gaya  hidup  perkotaan  disebutkan  oleh
        Soewondo (1996), yaitu kesibukan hidup yang tinggi, aktivitas yang beragam
        (Dahlan, 1996), perubahan pola makan (Shehu, Onasanya, Ursula, and Kinta,
        2010;  Vasantha,  2015),  penggunaan  teknologi,  kesehatan  (Li  et  al.,  2014),
        bahkan berkurangnya waktu bersama keluarga.

        Berbagai  studi  menunjukkan  perlunya  gaya  hidup  yang  berkualitas.  Salah
        satu contoh gaya hidup yang berkualitas bagi masyarakat perkotaan adalah
        yang  disebut  sustainable  lifestyle  (Lepanen,  2012).  Sustainable  lifestyle  ini
        bermaksud  mengubah  gaya  hidup  masyarakat,  khususnya  di  Eropa  yang
        sekarang  banyak  ditandai  dengan  produksi  yang  berlebihan  dan  konsumsi
        yang  berlebihan.  Konsumsi  yang  berlebihan  akan  menurunkan  kualitas
        hidup  (EEA,  2009).  Karena  itu,  orang  semakin  banyak  mengandalkan
        teknologi  untuk  memanfaatkan  sumberdaya  secara  efisien  untuk
        mengurangi dampak produksi dan konsumsi yang berlebihan yang dilakukan
        dengan berbagai cara di tiap aspek kehidupan.

        Masalah utama dari peningkatan penduduk di perkotaan adalah penurunan
        kualitas  (degradasi)  lingkungan  hidup.  Degradasi  lingkungan  hidup
        merugikan kehidupan manusia.  Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama,
        yaitu  alam  dan  manusia.  Faktor  alam  yang  menyebabkan  degradasi
        lingkungan  tidak  dapat  diprediksi  dan  dihindarkan  oleh  manusia
        sepenuhnya,  sedangkan  faktor  manusia  yang  menyumbang  adalah
        kemiskinan  dan  kurangnya  pengetahuan  masyarakat.  Berbagai  perubahan
        lingkungan  dan  gaya  hidup  di  perkotaan  tersebut  dapat  mengakibatkan
        masalah kesehatan dan tekanan kejiwaan (Li et al., 2014; Soewondo, 1996).

        Urbanisasi dapat menyebabkan penurunan konsumsi makan penduduk kota
        (Santoso, 2000). Di sisi lain kesibukan dan aktivitas tinggi pada masyarakat
        perkotaan menuntut gaya hidup yang serba cepat dan instan sehingga pola
        konsumsi makanan cepat saji di kota lebih tinggi. Penelitian oleh Shehu et al.
        (2010)  menunjukkan  bahwa  masyarakat  kota  lebih  banyak  mengonsumsi
        makanan impor dan makanan olahan. Penelitian ini diperkuat oleh Shetty,
        Schmidhuber,  &  United  Nations  (2011),  bahwa  masyarakat  miskin  di  kota
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18