Page 110 - 31 Tahun Universitas Terbuka Melayani Bangsa : Potret Keragaman Mahasiswa UT Sebagai Pagar Bangsa
P. 110
Muhammad Abdul Basyir
ia tidak punya harapan meneruskan kuliah
mengingat keadaan ekonomi orangtuanya yang
tidak memungkinkan. Ayahnya hanyalah seorang
tukang cat, dan ibunya menjadi penyapu jalan
sekolah. Harapan Basyir, begitu panggilannya,
muncul lagi ketika kepala madrasah tempat ia
mondok selama 10 tahun sekaligus tempat ia
mengabdi sebagai penjaga toko, memberikan
informasi tentang beasiswa CSR di UT. Setelah
melalui seleksi yang cukup ketat karena calon
penerima beasiswa hanya diambil calon terbaik
peringkat 1– 5, dia akhirnya dapat diterima.
Hanya saja program studi yang dapat diambilnya
sudah ditentukan oleh pihak UT yakni program
studi Ekonomi Pembangunan, Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi UT. Dengan
latar belakang SMA dari jurusan IPA, pada awal-
awal semester ia merasa kesulitan memahami
bahan ajarnya. Pada semester I ia mendapat
Indeks Prestasi (IP) 2.80, dan semester II meningkat
menjadi 3.10. Dia lantas menyadari bahwa
Kendala biaya untuk meneruskan pendidikan ketidaktahuan ini harus menjadi tantangan
ke jenjang perguruan tinggi juga dialami oleh sehingga dia berusaha ingin memahami bidang
Muhammad Abdul Basyir. Lelaki kelahiran yang ditempuh di UT. Basyir lalu mengikuti
Pekalongan, 16 Juli 1994 ini mengakui kuliah TTM dengan sungguh-sungguh dan belajar
di UT bagaikan mimpi baginya. Usai lulus dari secara rutin setiap hari dengan membuat jadwal
Madrasah Aliyah Ridhatul Mutaalimin, Pekalongan, belajar. “Pagi hari sebelum sholat Subuh saya
104