Page 83 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 83
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
Bagi Soekarno untuk mewujudkan nasionalisme, nation yang kuat harus memiliki
66 67
kemampuan bersatu yang kuat, mempunyai perangai bersama yang kuat. Soekarno lekat
dengan gaya kepemimpinan yang nasionalis dengan meleburkan elemen-elemen bangsa
yang ada. Nasionalisme bagi Soekarno adalah merupakan alat utama bagi perjuangan
(Formichi, 2012; Kahin, 2012). Nasionalisme Soekarno sebagai nasionalisme yang
kompleks dan bergerak secara luas pada ranah marginalitas yang mengenyampingkan
pada isu-isu ras dan etnitas, budaya, agama dan latar belakang perbedaan lainnya.
Nation creates national identity (Aronczyk, 2013; Fan, 2010) dapat mewujudkan
masyarakat memiliki perasaan cinta terhadap bangsanya. Identitas kebangsaan dapat
ditemukan dari kebiasaan kehidupan sosial termasuk pemikiran, penggunaan bahasa,
memiliki identitas nasional juga melibatkan kondisi fisik, legal, sosial, emosial, dalam
sebuah tanah air (Billig, 1995). Nasionalisme merupakan Identitas nasional Indonesia
telah mewarnai jalannya sejarah bangsa Indonesia yang harus direkonstruksi untuk
menyemai kembali nasionalisme generasi bangsa saat ini seperti yang telah dicontohkan
oleh generasi muda pada fase pergerakan nasional. Paham kebangsaan (nasionalisme)
bermula dari berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo
(1908) berbasis subkultural Jawa, Sarekat Dagang Islam (1911) berbasis entrepreneur
Islam dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Soekarno bersifat
politis. Keanekaragaman subkultural perjuangan melahirkan pergerakan yang berjati
diri Indonesianess sehingga mengkristalisasi core cultural sehingga menjadi basis
eksistensi nation state Indonesia, yaitu nasionalisme (Abdul Aziz & Mohammad Rana,
2020).
2. Soekarno: Bapak Nasionalisme Indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan nasionalisme di Indonesia sudah bertunas sejak
masih bernama Nusantara. Praktek nasionalisme sudah dilakukan sejak Majapahit
dipimpin oleh Patih Gajah Mada. Nasionalisme sudah digelorakan dengan misi
globalisasinya untuk menyatukan Nusantara melalui Sumpah Palapa (MCTurnan
Kahin, 2013). Pada perkembangan selanjutnya, tunas nasionalisme yang ditanam
oleh Gajah Mada (Dhont, 2005) tumbuh subur ditahun 1920-an sebagai “keuntungan”
pribumi setelah Belanda melakukan kebijakan politik etis yang menjadi bukti bahwa
jiwa nasionalisme telah ada di Indonesia pada fase itu dan menjadi embrio terwujudnya
negara Indonesia.
Salah satu produk dari politis etis adalah Soekarno yang dapat menikmati
pendidikan pada fasilitas milik Belanda. Tahun 1921, tamat dari HBS kemudian
melanjutkan ke THS (Technische Hoge School) di Bandung. Soekarno mengawali
keterlibatannya dalam organisasi pergerakan dengan berperan dalam perubahan nama
Jong Java menjadi Jong Indonesia. Nasionalisme tumbuh pada diri Soekarno ketika
menyaksikan kemiskinan, kebodohan dan ketertindasan pribumi akibat penjajahan. Hal