Page 49 - bnbb_301_r
P. 49
Empat Dasawarsa Perpustakaan Universitas Terbuka
Penggunaan aksara
Pallawa di Nusantara mulai
berkembang bersamaan de-
ngan tumbuhnya kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu-
Buddha. Khususnya di
pulau Jawa, pengembangan
dari aksara Pallawa disebut
aksara ‘Kawi’ yang berarti
penyair (dalam bahasa Aksara Thai-Sanskrit Wikipedia
Sanksekerta), sedangkan di Sumatera aksara Pasca-Pallawa dikenal
dengan istilah Kawi-Sumatera yang ditemukan pada beberapa artefak
peninggalan Kerajaan Melayu dan Dharmasraya .
56
Aksara Kawi Sanskrit Wikipedia
Kegiatan menulis atau kepenulisan tentu tidak dapat terlepas dari
tradisi kepengarangan yang melibatkan para penulis/pengarang buku
(kitab) itu sendiri. Di tanah Nusantara kuno, kemunculan tradisi buku
yang pada masa itu disebut kitab, sebagaimana disampaikan oleh Maha-
yana (2012), sangat terkait erat dengan sastra keraton, khususnya dengan
kehidup-an estetik para keluarga bangsawan di lingkungan istana. Sastra
keraton-keraton di Nusantara hampir seluruhnya mengangkat kehidupan
istana dan raja-raja (istanasentris) serta dunia gaib (supernatural), karena
sastra pada era tersebut memang dimaksudkan untuk melegitimasi
kekuasaan raja. Sedangkan di kalangan rakyat jelata hanya terbatas
mengembangkan tradisi lisan yang dikuasai para juru cerita, termasuk
orang-orang yang dituakan. Para pengarang atau pujangga istana masa
itu tidak bisa menuliskan pemikirannya sendiri secara bebas, melainkan
hanya terbatas mengerjakan tulisan berdasarkan perintah atau permintaan
raja saja yang dituliskan pada media tertentu seperti daun lontar atau
kulit binatang. Karena itu, kehidupan mereka beserta keluarganya sangat
56 Maulana, Ridwan, Aksara-aksara di Nusantara: Seri Ensiklopedia, Jakarta, Samudra Biru, 2020, h.13-14.
35