Page 159 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 159
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
1. Warisan Persatuan dan Moderasi
142 143
Pemikiran Soekarno-Hatta untuk Indonesia tentu sangat banyak sekali, tidak
hanya diakui oleh masyarakat Indonesia, pemikiran-pemikirannya juga diakui dan
diadopsi oleh Negara lain. Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia itu antara
lain mewariskan ajaran pokok yang selalu didengung-dengungkan hingga menjelang
wafatnya, warisan pemikiran itu adalah persatuan bangsa. Hal itu dapat dilihat dalam
sambutannya di sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka, Soekarno menegaskan
bahwa persatuan bangsa adalah suatu keniscayaan. Indonesia harus menjadi bangsa
yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis, bahkan
donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok- gontokan!” kata
Bung Karno saat itu.
Bung Karno juga sering menyitir ucapan Arnold Toynbee, yang menyatakan “A
great civilization never goes down unless it destroy itself from within” atau “Sebuah
peradaban besar tidak pernah runtuh kecuali dihancurkan oleh bangsanya sendiri”. Juga
ucapan Abraham Lincoln, “A nation divided against itself, cannot stand” yang berarti
“Sebuah negara yang terpecah tidak akan sanggup berdiri tegak.” “Mana ada bangsa
yang bisa bertahan jika terpecah belah di dalamnya,” kata Bung Karno.
Pemikiran ini tentu sangat relevan dengan hari ini, bahwa Bangsa Indonesia
sedang diuji oleh kelompok maupun ideologi yang ingin memecahbelah NKRI. Potensi
perpecahan di masyarakat harus segera diakhiri. Ini karena sejatinyalah Indonesia
merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari beragam suku, budaya, dan agama. Untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa maka sikap moderat, saling menghormati dan
menghargai perbedaan dalam kehidupan sosial maupun kehidupan beragama menjadi
penting. Setiap umat beragama harus menjadi umat yang moderat (wasathy) dalam
segala hal, baik cara berpikir, bersikap, maupun bertindak, baik dalam hal ibadah
maupun muamalah.
Selain menjadi potensi, ragam kepercayaan di Indonesia dapat menjadi ancaman
terbesar yang bisa memecah belah bangsa. Sikap intoleran dan merasa mau benar sendiri
menjadi hal yang paling sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, diperlukan moderasi
beragama untuk menciptakan kerukunan dan kehidupan yang damai. Ini bisa menjadi
cara terbaik untuk mengembalikan praktik agama sesuai dengan esensinya, sehingga
bisa menjaga harkat dan martabat manusia. Dalam kementerian agama, saat ini tengah
menggalakkan moderasi beragama, yakni sikap dan pandangan yang tidak berlebihan,
tidak ekstrem, dan tidak pula radikal.
Karena, dalam agama manapun, termasuk Islam, sikap moderasi diperlukan untuk
menjalin kerukunan antar umat. Sikap moderasi bisa mencegah seseorang dari tindakan
intoleran dan mau benar sendiri. Dibutuhkan sikap moderat dalam upaya mewujudkan
keharmonisan hidup berbangsa dan beragama. Sikap ini dapat membuat pelakunya
cenderung netral dan tidak berlebihan. Seseorang yang moderat tidak akan mengklaim
dirinya sebagai pihak yang paling benar. Ia tidak menggunakan legitimasi teologis yang
ekstrem, tidak menggunakan paksaan dan kekerasan, serta tidak berafiliasi dengan
kepentingan politik manapun.