Page 28 - bnbb_301_r
P. 28

JENDELA LITERASI GENERASI BANGSA

                                              yang tersebar di seluruh pelosok
                                              tanah air. Apalagi teknologi
                                              pada masa itu masih belum
                                              berkembang, bahkan perangkat
                                              komputer pun masih sangat
                                              terbatas kemampuannya, serta
                                              sangat mahal harganya, sehingga
                                              banyak hal masih dikerjakan
                                              secara manual .
                                                           31
            Pembeli di loket penjualan formulir  Dok. UT  Namun demikian, pada
            Universitas Terbuka, di Kantor Pos Besar,  perjalanannya yang belum genap
            Bandung, Jawa Tengah, 1984
                                              setahun,  jumlah   mahasiswa
            menjadi menyusut, begitupun pada pendaftaran melalui  Sipenmaru
            pada tahun ajaran berikutnya. Hal ini karena banyak mahasiswa yang
            tidak siap dengan sistem belajar jarak jauh yang memang membutuhkan
            disiplin tinggi, tekad, dan semangat kemandirian dalam belajar,
            termasuk disiplin mengerjakan tugas dan menyerahkannya ke  Unit
            Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) di wilayah masing-masing. Banyak
            pula mahasiswa yang terkejut karena tidak bisa datang ke kampus
            langsung untuk berkumpul dengan mahasiswa lain sebagaimana pada
            perguruan tinggi lainnya. Tapi di sisi lain, pendaftaran pada tahun
            ajaran ke dua melalui kantor pos justru mengalami peningkatan luar
            biasa. Karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan
            sebagai pengganti Nugroho Notosusanto yang wafat pada 3 Juni 1985,
            meminta agar daya tampung Universitas Terbuka   ditingkatkan.
                 Dasawarsa pertama (1984-1994) bisa dikatakan sebagai periode
            peletakkan pondasi Pembangunan struktur, sistem, dan kelembagaan
            yang kokoh bagi Universitas Terbuka .  Capaian luar biasa Universitas
            Terbuka  pada  periode ini antara lain adalah kepemilikan lahan dan
            gedung sendiri di Pondok Cabe, Tanggerang.
                 Awalnya area tersebut milik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
            (DitjenDikti) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang sedang
            dibangun untuk digunakan oleh Pusat Pengembangan Ilmu. Tetapi proses
            pembangunan kemudian terhenti ketika baru mendirikan tiga gedung
            karena krisis ekonomi. Berkat komunikasi yang baik dari Prof. Setijadi
            dengan Dirjen Dikti dan Bapennas, maka gedung dan lahan seluas 9,3
            hektare tersebut diizinkan oleh Bapennas untuk dipakai oleh Universitas

            31  Harijono, Try,   Universitas Terbuka: 39 Tahun Bertransformasi, Kompas, Jakarta, 2003, h. 33-34.
            14
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33